cuap.cuap penulis..

Foto saya
an introvert. an observer. sometimes so smart to say something bullshit and sarcasm.

Rabu, 27 Maret 2013

Banjir Perwira

okeh to the point aja nih ya, malem ini mau cerita tentang bencana yang baru2 ini kami alami. banjir. jujur, ini baru pertama kalinya aku ngalamin bencana kaya begini. hampir empat tahun hidup di bogor, ga pernah sama sekali kepikiran bakal ngalamin banjir. selama ini mikirnya kalopun bakal ngalamin bencana ya berasal dari gunung, kaya gunung meletus gitu (nauzubillah).

kos Harmony 2, tempat tinggal ku, terletak di daerah lingkar perwira. daerah ini emang tergolong daerah rendah, karena kalo menuju daerah ini harus menuruni tangga dulu. kejadian yang akan aku ceritain kali ini sesuai dengan apa yang aku alami pada senin dini hari, tanggal 25 maret 2013 kemarin. berikut kronologi ceritanya...

pas tanggal 24 maret, aku ada acara di kampus. baru pulang jam 12 malem. nah, pas malem itu emang udah ujan dari sekitar jam 10an. pas aku nyampe kosan juga masih ujan, tapi cuma gerimis, ga deras. nyampai dikosan, yah aku beberes lah, nyuci muka, sikat gigi, dan sholat isya. selesai sholat, aku berencana untuk tiduran sambil membaca komik yang baru ku beli siangnya. kondisi kosan saat itu emang sudah sepi, karena udah larut juga.

beberapa saat kemudian, sekitar jam 12.29, aku ngedengar diluar udah berisik. heboh gitu. pas aku liat di luar, ternyata air sudah mulai memasuki kosan melalui celah2 pintu. arin, yang kamarnya paling depan menjadi korban pertama. dia panik dengan masuknya air. kebetulan kamarku yang letaknya agak dibelakang masih selow aja. anak2 lain juga masih belum panik. ada juga yang masih setengah sadar karena dibangunin tiba2. kita itu mikirnya ah palingan airnya cuma ngerembes doang, karena kondisi air yang masuk saat itu emang ga deras. kita mulai mengambil kain untuk menahan air tapi lama kelamaan aliran air semakin cepat dan akhirnya nyampe di bagian belakang. air juga meluap dari kamar mandi sehingga lantai kamar mandi dipenuhi air. saat itu kita mulai sadar bahwa keadaan sudah mulai berbahaya. aku mulai berusaha menaikkan barang2 yang berada dibawah, kaya karpet, boneka, colokan, printer, dan alat elektronik lainnya.

air yang masuk semakin deras, dan akhirnya rinrin ngambil komando (ceile yanti) mengajak untuk keluar. semua mulai panik dan bingung. apa yang harus dibawa, apa yang harus dilakukan saat itu. akhirnya aku memasukkan berkas penting, laptop, charger laptop, n mukena ke dalam sebuah ransel. aku juga masih sempat memakai trening panjang, jaket, dan kerudung. yanti yang udah nungguin didepan pintu mulai berteriak2 manggil anak2 supaya kedepan semua. namun dalam keadaan panik begitu, pasti ada aja yang lupa. kaya aku, yang udah di depan harus balik lagi ke kamar ngambil data buat penelitian dan dompet. yang lain juga ada yang balik lagi buat ngambil celana, kelupaan matiin lampu n listrik, n lainnya. akhirnya setelah semua ngumpul, kita bersiap untuk keluar. saat itu, air di dalam kosan sudah selutut aku dan air yang diluar sudah semakin tinggi. 

ketika mencoba membuka pintu, ternyata pintu ga bisa dibuka. keadaan semakin panik. pikiran buruk mulai bermunculan. aku takut kalo pintu benar2 ga bisa dibuka dan akhirnya terkurung di kosan. setelah dicoba berkali2 membuka pintu tsb, masih saja tetap gagal. akhirnya kami pergi ke lorong sebelah untuk keluar lewat pintu sebelah. ternyata pintu disebelah juga tidak bisa dibuka. keadaan semakin panik. akhirnya pintu tersebut ditendang yanti sampai terbuka. ketika terbuka, aliran air yang masuk semakin deras. tong sampah dan benda asing lainnya masuk kedalam kosan.

kami pun mulai berjalan keluar sambil berpegangan. saat itu air sudah sepinggang aku. ketika turun dari teras kosan yang posisinya lebih tinggi dari tanah, air mencapai perut ku. kami berjalan pelan2 dan aku berjalan menjinjit karena kalo jalan biasa tas laptop bagian bawah akan terkena air. akhirnya kami berjalan menuju tangga. sebelum menaiki tangga, ada jembatan yang harus kami lewati. kondisi jembatan saat itu sudah dipenuhi air, bahkan pegangannya pun ga keliatan. aku yang berada di posisi paling depan, merasa takut untuk melewati jembatan tersebut, kebetulan saat itu ada bapak2 yang baru turun dari tangga dan membantu ku untuk memegang pegangan jembatan. kami pun berjalan perlahan sambil berbaris dan pegangan satu sama lain. 

sesampainya diatas, kami bingung harus kemana. kami memutuskan untuk kerumah pak rt yang letaknya ga jauh dari tangga tersebut. kami berteriak2 memanggil pak rt minta tolong, dan beberapa saat kemudian beliau keluar dan menyuruh kita masuk. sesampainya di dalam, aku mulai menangis. dan ternyata yang lain pun menangis. semua ini kaya mimpi. benar2 ga nyangka akan ngalami kejadian kaya begini. saat nyampe dirumah pak rt itu sekitar jam 12.49. kejadian itu berlangsung cepat, sekitar 20 menit (perhitungan waktu di liat dari komunikasi terakhir sesaat sebelum banjir dan setelah nyampe di rumah rt)

ga lama kemudian ibu dan bapak kos datang melihat keadaan kosan. malam itu kita dibawa ibu ma bapak tidur dirumahnya. keadaan kami waktu nyampe di rumah ibu, sungguh menyedihkan. pakaian basah dan aku nyeker ga make alas kaki. ada juga beberapa orang yg nyeker, tapi ada juga yang sempat memaki alas kaki, walaupun ada yang berbeda pasangannya. di rumah ibu, kita dipinjemin baju dan celana, dan kita ber sembilan (aku, arin, kak riska, kak ayu, kak tika, geni, yanti, wina, nui) tidur bersama di salah satu kamar. keesokan paginya sekitar jam 9 pagi kami kembali ke kosan dan pemandangan yang kami lihat setiba di kosan adalah..........









dan ini londrian akuuu......
seharian kami membersihkan kosan dan berlanjut di esok harinya. satu hari ga cukup untuk membereskan semuanya. menurut informasi yang bersumber dari ibu kos, banjir disebabkan oleh meluapnya sungan (sungai mana ga tau juga, katanya di daerah belakang). air meluap karena adanya pembangunan jembatan yang memakan badan sungai sehingga mempersempit aliran air sungai. sekarang jadi rada takut aja sih kalo tiba2 ujan, semacam jadi parno gitu. yah semoga aja kejadian ini ga bakal terulang lagi. amiin.