cuap.cuap penulis..

Foto saya
an introvert. an observer. sometimes so smart to say something bullshit and sarcasm.

Sabtu, 07 Januari 2012

Reflection

Sekarang udah tanggal 7 Januari aja nih, waktu berlalu emang ga kerasa banget yak. Ujian pun tinggal 2 biji (biji?) lagi, Kewirausahaan n Pendidikan dan Perlindungan Konsumen. Yah sebenarnya bukan ini hal mau jadi topik pembicaraan. Kemarin aku ngehedon bareng temen2, ma Seri', Yekti, n Tuti'. Pas makan di PH, kami ngobrol ngalor ngidul mengenang masa2 SMA. Ada sebuah cerita yang terceploskan dari mulut aku sendiri. Tentang aku dan perubahan.

Terkadang perubahan itu terjadi ditempat yang tidak kita duga, dan untuk berubah memang dibutuhkan beberapa proses. Begitu juga dengan aku. Seiring berjalannya waktu, aku pun mengalami berbagai perubahan baik secara fisik maupun nonfisik.

Aku adalah seorang pribadi yang egois. Egois banget malah. Dibesarkan sebagai satu2nya anak cewek di rumah membuat aku merasa bahwa aku sangat istimewa (ga gitu juga sih sebenarnya). Tapi yah itulah yang aku rasakan. Dengan kemampuan akademik yang aku miliki, aku merasa semakin istimewa. Aku selalu dijadiin contoh dan dijadikan perbandingan untuk beberapa orang disekitar aku. Dan aku bangga dengan hal itu. Tetapi itu dulu.
Aku juga terlahir sebagai pribadi yang cukup cuek untuk berbagai hal. Cuek terhadap penampilan, kebersihan, dan bahkan aku juga cuek terhadap orang yang ada disekitar aku. Berkalikali mama bilang kalo aku harus bisa ngurus diri aku sendiri, menjaga penampilan, harus jadi orang yang rapi, dan sebagainya. Tapi yah begitu, semua yang dibilang mama cuma lewat aja ditelinga. Papa juga sering ngomong ke aku supaya mau bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. Tapi yah tetep aja aku ga ngedengirin apa yang dibilang papa. Papa sempat khawatir untuk ngelepas aku kuliah jauh di Bogor gara2 takut aku ga bisa bersosialisasi. Yang papa liat (dan emang begitu faktanya), tiap pulang sekolah aku selalu langsung masuk kamar. Ga keluar kamar kalo ga ada keperluan selain makan. Kamar itu aku huni sendiri, dan itu membuat aku merasa nyaman. Aku sangat jarang untuk bergaul dengan tetangga disekitar rumah. Masalah kebersihan, aku dulu sangat minus. Kamar tidak pernah aku beresin sendiri. Orang2 yang masuk ke kamar selalu bilang kalo kamar aku itu kaya kapal pecah. Berantakan banget. Tiap liburan sekolah ataupun weekend, aku jarang banget mandi. Jadi, ga mandi itu adalah hal biasa buat aku (dulu). Aku juga jarang banget memperhatikan perasaan orang lain. Kalo diingat2, dulu itu aku termasuk orang yang tega banget untuk ngomong kasar sampai menyakiti perasaan orang lain. Meskipun sebenarnya aku tau kalo itu tuh salah.
Aku juga memiliki sifat tomboy. Aku ga tau bagaimana aku bisa memiliki sifat ini. Mungkin karena aku hobi banget nonton bola, dan aku menjadi lebih akrab dengan teman2 cowok disekolah sehingga aku tertular perilaku mereka. Entahlah. Hal ini juga selalu membuat aku dimarahin ma mama n orang2 disekitar aku. Aku selalu disuruh untuk berdandan seperti cewek. Dulu itu, baju yang aku punya sebagian besar adalah kaus oblong dan celana pendek tanpa warna pink. Aku bangga dan nyaman dengan hal tersebut.
Seiring berjalannya waktu, aku pun harus lepas dari orang tua. Aku lulus di IPB, dan selama tahun pertama aku diwajibkan untuk tinggal di Asrama dan hidup bersama teman2 dari daerah lain. Mendengar hal itu, semua orang disekitar aku mengeluarkan pernyataan2 yang beraneka ragam. Sebagian besar mereka ragu untuk melepas aku, dan pernyataan yang paling aku ingat sampe sekarang adalah
Papa : Papa ragu kamu bisa disana. Kamu jarang bersosialisasi, dengan tetangga juga ga kenal semua. Tiap pulang sekolah selalu dikamar n ga keluar2. Gimana ntar disana?
Kak Ita : Dek, kamar kamu berantakan banget sih. Gimana ntar kamu hidup di asrama yang sekamar ada empat orang? Ga malu kamu berantakan begini?
Seorang teman : Ayu kalo kuliah jangan jauh2 yaa, ntar kalo sakit gimana? Kalo dekat kan mama papanya bisa dateng, kalo jauh kan susah.
Aku pun mulai kepikiran tentang kata2 mereka, meskipun hanya sedikit. Tetapi aku masih sama seperti biasanya, belum berubah sedikit pun..
Saat pertama kali masuk asrama, aku merasa tidak nyaman. Kamar yang ukurannya sekitar 4x4m harus dihuni 4 orang. Tempat tidur bertingkat, kecil, dan dengan kasur kapuk sangat membuat aku ngerasa gimana gitu, yah secara dirumah pake springbed gede untuk tidur sendirian. Selain itu semua harus serba mandiri. Nyuci dan nyetrika sendiri (nyucinya pake tangan pula, dan aku ga terbiasa dengan hal itu), kalo lapar harus keluar untuk beli makan dulu, mengatur keuangan sendiri, dan lainnya.
Aku juga merasa tidak nyaman untuk saling berbagi dengan teman sekamar. Ini bukan karena aku pelit, tapi karena aku ga terbiasa. Bergabung dengan teman2 yang berasal dari latar belakang yang berbeda2 membuat aku merasa aneh. Bayangin dong, biasanya dirumah ga ada temen, sekarang tiba2 dikumpulin dengan segerombolan orang seumur dan sejenis kelamin. Aku pun harus berbagi kamar mandi dengan orang lain dan harus mau mengantri mandi, pipis, nyuci, ataupun boker (padahal dirumah aku punya kamar mandi sendiri dikamar). Semua terasa aneh buat aku.
Dengan kondisi kehidupan di Asrama yang seperti itu, aku mulai belajar untuk berpikir secara dewasa. Perlahan tapi pasti, aku pun mulai menyesuaikan diri dengan kehidupan aku yang baru. Aku mulai sadar kalo aku itu ga bisa hidup sendiri. Aku harus bisa berbagi dengan orang lain dan harus bisa saling berempati dengan orang lain. aku mulai mengurangi rasa egoisku (dan itu udah sangat jauh berkurang), harus bisa bersosialisasi dengan teman2 meskipun mereka memiliki sisi baik dan sisi buruk. Dari situ aku belajar untuk mulai memahami apa yang seharusnya aku lakukan dan yang harus aku hindari. Aku pun mulai memperhatikan penampilan aku. Mulai merawat diri dan bersikap seperti cewek, meskipun harus aku lakukan dengan susah payah.
Sebenarnya aku masi mau bercerita banyak, tapi aku udah males banget ini cuy, udah hampir jam 2 pagi. Dan tulisan ini harus berhasil ter.post.kan, jangan sampai nasibnya sama seperti tulisan lain yang membusuk menjadi draft doang. Haha.
Satu kalimat terakhir sebagai penutup dan menjadi inti dari tulisan ini : yang penting itu kita mau menjalani perubahan2 itu, melakukan penyesuaian2 terhadap perubahan dan menikmati setiap prosesnya, percayalah kita pasti bisa menjadi individu yang lebih baik dari hari kemarin.

-a.i.u-