Nama merupakan sesuatu yang
sangat penting. Guru kimia pas masi SMA dulu pernah berkata gini, ‘Bisa kalian
bayangin ga akan seperti apa jika sesuatu itu ga punya nama? Terutama dalam
unsur-unsur kimia’
Pak, beli C12H22O11 nya sekilo ya.
Atau,
Kak, pesen Manihot utilissima gorengnya satu, trus sama jus Zea mays-nya satu
ya. Oh iya, minta dihidrogen monoksida satu ya.
Kan ga asik.
Mamam tuh unsur kimia. Dan biologi.
Tapi terkadang udah ada nama yang
gampang, eh malah dipersulit dan agak menipu. Menipu dalam artian gini
misalnya, ketika kita lagi (sok-sok) makan di resto yang oke (padahal mah
biasanya makan di ayam penyet pinggir jalan), kita liat menu dengan nama yang
asing, seperti : spicy meat cooked with
coconut milk atau mashed dogfruit
with super red hot chili pepper sauce. Keren ga namanya? Padahal itu mah cuma
rendang dan jariang batokok balado.
By the way, entah mengapa
tiba-tiba aku jadi kangen belajar kimia lagi. Secara chemistry adalah mata pelajaran yang paling aku sukai. You know,
dat feeling when you make alat-alat kaya tabung reaksi, statif, lemari asam,
erlenmeyer, buret, zat-zat kimia, dan lainnya. Wuihh.
Back to the topic.
Nama itu merupakan identitas yang
menunjuk pada seseorang atau benda. Nama juga mempermudah kita untuk
mengklasifikasikan sesuatu atau memanggil seseorang. Yah seperti aku, ada yang
memanggil aku kakak, ayuk, tante, adek, atau bahkan ibu. Iya, ibu. Aku ibu-ibu
-_-“.
Nama juga adalah doa. Seorang anak
yang baru lahir, tentunya akan diberikan nama oleh orang tuanya, dengan harapan
anak tersebut akan tumbuh sesuai dengan namanya tersebut. Tren pemberian nama
pada anak pun berubah. Ngerasa ga sih bedanya? Ya kaya kaum-kaum angkatan aku
namanya lebih simple dibanding anak-anak sekarang. Dari nama aja kadang bisa
kita lihat anak ini anak masa dulu atau masa kini. Apapun nama seseorang, nama
teteplah sebuah doa dan harapan dari orang tua.
Oh iya, untuk temen atau
orang-orang terdekat, biasanya mereka mempunyai panggilan khusus untuk
seseorang disekitarnya sesuai dengan ciri khas atau kebiasaan masing-masing. Terutama
untuk orang-orang yang memiliki nama sejuta umat kaya aku. Dulu, di zaman
kuliah, temen seangkatan yang namanya Ayu aja ada beberapa orang. Di kantor
juga yang punya nama Ayu bukan aku sendirian. Jadilah ditambah embel-embel
dibelakang nama Ayu. Misalnya Ayu ting-ting, Ayu Dumai, atau Ayu cantik (yang
terakhir ngarang banget deh :P). Bahkan untuk beberapa orang, nama panggilan atau
julukan lebih populer dibanding nama aslinya. Cerita seorang teman :
sehari-hari dia dipanggil dengan nama populernya (ceilah), anggap saja Anggrek.
Suatu saat dosen tiba-tiba mengabsen seluruh mahasiswanya. Saat disebut satu
nama, tidak ada satupun yang mengangkat tangan. Ternyata eh ternyata yang
dipanggil itu adalah nama aslinya Anggrek. Teman-temannya juga pada bingung
ketika nama aslinya Anggrek disebut. Terasa asing. :D
Yah begitulah peran sebuah nama
dalam hidup kita :)
Okay, see you.