Seseorang pernah berkata
padaku, ‘seharusnya motor ditiadain aja, diganti semua dengan mobil pribadi,
biar ga ada yang ugal-ugalan dan bikin macet jalanan’. Jujur aku ga setuju
banget dengan pernyataan beliau. Aku pastinya termasuk dalam kategori
pengendara yang bikin macet menurut beliau. Tapi beliau sadar ngga, kalo
sebenernya pengendara mobil juga bepartisipasi dalam kemacetan tersebut? Bahkan
mungkin lebih parah, karena mobil yang seharusnya bisa diisi sekitar lima
orang, malah berisi satu orang. Makan tempat.
Sebagai pengendara motor
yang ga jago dan males, aku sangat mendambakan kenyamanan dan kemudahan dalam
mengakses kendaraan umum. Fasilitas itu yang harus ditingkatkan. Meningkatkan kualitas
angkutan massal, bukan mensubstitusi motor ke mobil pribadi. Suka ngebayangin
enaknya naik MRT yang nyaman dan aman dari Garuda Sakti ke Nangka. Trus di
jalanan ga banyak kendaraan pribadi yang berkeliaran, ga macet, ga polusi, dan
tertib. Haha, mimpi.
Pengen rasanya gitu pindah
ke tempat lain yang lingkungannya kondusif, nyaman, dan bikin hati tentram. Tapi
apa itu mungkin? Bukannya itu sama aja dengan lari dari kenyataan? Atau itu
adalah upaya mencari kehidupan yang lebih membahagiakan? Ah entahlah.
Aku merasa terkungkung
dengan semua ini.
Ah selalu aja merasa
begitu. Kebahagiaan itu kita sendiri yang menciptakan. Depend on our own self. Bukan
dari orang lain.
Kehidupan seorang pengeluh.
Sekian.