cuap.cuap penulis..

Foto saya
an introvert. an observer. sometimes so smart to say something bullshit and sarcasm.

Rabu, 26 November 2014

Random Story : Asimtot

In a land, far far away..

Tersebutlah sebuah kisah tentang seorang gadis belia yang beranjak dewasa. Terlahir dari keluarga yang sangat sederhana. Biasa aja. Oh iya, gadis belia ini kita sebut saja Dulse. Sehari-hari Dulse bekerja mengabdi pada sebuah keluarga. Dengan seragam dinasnya (baca : daster), ia dengan bangga mengambil sapu lidi. Prok prok, ia memukul kasur, membersihkan seluruh tempat tidur. Kemudian ia mengambil senjata selanjutnya, lap, sapu, dan pel. Begitulah kehidupan sehari-hari Dulse. Sangat bersahaja. Ia sangat menikmati hidupnya, menikmati setiap kejadian kecil yang dialaminya, kaya boker misalnya. Ia selalu ceria. Mungkin ceria adalah nama tengahnya, Dulse Ceria Bingits.

Namun siapa sangka dibalik keceriaannya, Dulse menyimpan sebuh kegalauan, kegundahan, dan kegulanaan di lubuk hati terdalam. Ia sedang bingung. Bingung dengan dunia ini. Dengan orang-orang yang ada disekitarnya. Ada apa dengan orang-orang disekitar Dulse? Ah ternyata mereka selalu meremehkan Dulse. Dulse dianggap ga berguna, disepelein. Tapi dasarnya Dulse itu cuek, yasudahlah.. Dia mengabaikan itu semua dan tetap menjalani hidup seperti biasa. Seperti pepatah ‘anjing menggonggong khafilah berlalu’.

Selain kelebihan berat badan, ternyata Dulse memiliki kelebihan lain. Daya khayal yang sangat bagus sekali. Super sekali kalo kata om Mario mah. Dulse memiliki seorang teman pria, foreigner (baca : bule). Mereka suka saling cerita dan bertukar pendapat. Mereka berdua terpisahkan oleh jarak dan waktu.

Suatu hari, Dulse sedang berjalan-jalan keliling desa naik onta. Karena tak ada seorang pun yang sudi menemani Dulse, pergilah ia sendirian. Selama perjalanan, pikiran Dulse jauh berkelana kemana-kemana. Ia memikirkan temannya yang foreigner itu. Dalam pikirannya, temennya yang tak mau disebutkan namanya itu, yah kita panggil saja Ciripa, sedang mengenakan pakaian adat desanya Dulse. Memakai kain, ikat kepala, dan membawa tombak. Membayangkan Ciripa berpenampilan seperti itu, tanpa sadar Dulse tertawa sendiri diatas onta. Orang-orang pun memandang Dulse dengan heran.

Di tempat yang berbeda, kejadian yang sama juga terjadi pada Ciripa. Ternyata di hari yang sama, Ciripa juga sedang memikirkan Dulse. Dulse dan Ciripa sangat menyukai hujan. Kebetulan saat itu, ditempat Ciripa menggantungkan hidupnya, sedang turun hujan. Melanglangbuana lah khayalan Ciripa. Ia menari sendirian sambil membayangkan Dulse ada bersamanya dan menari berdua menikmati hempasan air hujan. Teman-teman Ciripa yang melihatnya, menganggap Ciripa sudah gila.


Dulse dan Ciripa. Hidup ditempat yang jauh dan memiliki waktu yang berbeda namun masih saling memikirkan satu sama lain. Menyukai banyak hal yang sama dan membeci hal yang sama pula. Tapi hubungan mereka hanya sebatas teman aja. Tidak bisa lebih. Ibarat asimtot, semakin dekat dan terus mendekat tapi tak akan pernah bersama.